Setelah tiga tahun berlalu,
dan melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, maka Rasulullah ingin
menyebarkan/ menyampaikan secara terang-terangan. Sebelum Rasulullah berdakwah
secara terang-terangan,
Rasulullah menjamu makan malam sederhana kepada kaum Bani Hasyim (keluarga besar Rasulullah). Dalam acara tersebut Rasulullah mengajak kabilah Bani Hasyim untuk mengikuti langkah atau ajaran Islam. Hasil yang didapatkan adalah mereka tidak menggubris ajakan Rasulullah, bahkan meninggalkan tempat jamuan sebelum acara tersebut berakhir.
Rasulullah menjamu makan malam sederhana kepada kaum Bani Hasyim (keluarga besar Rasulullah). Dalam acara tersebut Rasulullah mengajak kabilah Bani Hasyim untuk mengikuti langkah atau ajaran Islam. Hasil yang didapatkan adalah mereka tidak menggubris ajakan Rasulullah, bahkan meninggalkan tempat jamuan sebelum acara tersebut berakhir.
Di lain waktu, acara jamuan
tersebut diadakan kembali. Kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan
perkataan Rasulullah. Namun, tak satupun dari mereka yang meresponnya secara
positif. Hal tersebut tidak membuat Rasulullah dan para sahabatnya patah arah,
tetapi membuat Rasulullah dan para sahabatnya semangat dan dakwahnya semakin
diperlebar. Hingga suatu ketika Rasulullah mengadakan pidato terbuka di bukit
Sofa. Pidato tersebut berisi perihal kerasulannya. Rasulullah memanggil seluruh
penduduk Makkah dan mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya diutus untuk
mengajak mereka meninggalkan “Paganisme” (Penyembahan terhadap berhala). Beliau
menjelaskan bahwa Tuhan yang wajib disembah hanyalah Allah. Mendengar hal
tersebut masyarakat Quraisy tersentak kaget, mereka sangat marah karena hal
tersebut dan menghina tradisi nenek moyang dan kehormatan mereka. Para pembesar
Quraisy membentak dan memaki Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa
Muhammad adalah orang gila. Bahkan pamannya sendiri Abu Lahal pun mengancam
Rasulullah dengan keras.
Seiring berjalannya waktu,
dakwah secara terang-terangan terus dilakukan.
Bersamaan dengan itu pula,
perlawanan dari kalangan pembesar Quraisy seperti Abu Sofyan, Abu Lahab,
Ummayah, dan Utbah bin Rabi’ah semakin gencar. Para penentang tersebut mulai
melancarkan aksi permusuhan kepada Rasulullah dan para sahabat. Para pengikut
yang berasal dari kalangan lemah dan tertindas sering mendapatkan siksaan yang
berat. Mereka tidak lagi memandang bahwa Muhammad adalah anggota kabilah Bani
Hasyim, hanya saja tekanan-tekanan terhadap Rasulullah tidak mereka lakukan
secara langsung, karena mereka masih menghargai Abu Thalib dan para anggota
Bani Hasyim lainnya.
Setelah
mendapatkan siksaan yang bertubi-tubi dari kaum Bani Hasyim, maka kaum muslimin
hijrah ke Abesinia (Ethiopia). Hijrah kaum muslim tersebut terbagi menjadi dua
gelombang. Gelombang pertama berjumlah 11 orang pria dan 4 wanita. Mereka
kembali ke Makkah justru Quraisy menyiksa kaum muslimin lagi. Ternyata
sesampainya di Makkah justru Quraisy menyiksa kaum muslimin lebih kejam dari
yang sebelumnya. Oleh karena itu, maka kaum muslimin berhijrah kembali untuk
yang kedua kalinya ke abesinia dengan rombongan yang lebih besar, yakni orang
pria tanpa wanita. Mayoritas penduduk Abesinia beragam nasrani (kristen) dan
dipimpin oleh Raja Najasi Negus. Para masyarakat Abesinia menghormati kaum
muslim untuk tinggal di sana sampai setelah Nabi hijrah ke Madinah.
0 komentar:
Post a Comment