Wudhu adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan
air. Seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan shalat.
Berwudhu bisa pula menggunakan debu yang disebut dengan tayammum.
Air yang boleh digunakan untuk berwudhu :
Air hujan
Air sumur
Air terjun, laut atau sungai
Air dari lelehan salju atau es batu
Air dari tangki besar atau kolam
Kewajiban-kewajiban Wudhu
Para ulama fiqih telah menerangkan bahwa wudhu memiliki
kewajiban-kewajiban ( فُرُوْضٌ ), yakni
anggota-anggota badan yang harus dan wajib dibasuh (dicuci).
Kewajiban-kewajiban ( فُرُوْضٌ )
tersebut adalah:
1. Membasuh
wajah. Termasuk wajah, adalah hidung, dan mulut.
2. Membasuh
kedua tangan sampai kepada dua siku.
3. Mengusap
kepala (termasuk kepala, adalah kedua telinga kita)
4. Membasuh
kedua kaki sampai kepada kedua mata kaki
5.
Melakukannya secara berurutan sesuai yang disebutkan dalam Al-Qur’an
(QS. Al-Maa’idah : 6)
6. Dilakukan
secara beruntun, tanpa selang waktu yang lama.
Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain
dapat kita simpulkan tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallamsecara ringkas sebagai berikut[8],
- Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
- Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).
- Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.
- Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke dalam mulut dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri sebanyak 3 kali.
- Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3 kali.
- Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
- Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali, dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.
- Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.
Syarat-Syarat Wudhu[9]
Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan syarat wudhu ada tujuh[10], yaitu
Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan syarat wudhu ada tujuh[10], yaitu
- Islam,
- Berakal,
- Tamyiz[11],
- Berniat[12], (letak niat ini ketika hendak akan melakukan ibadah tersebut[13],pent.)
- Air yang digunakan adalah air yang bersih dan bukan air yang diperoleh dengan cara yang haram,
- Telah beristinja’[14] & istijmar[15] lebih dulu (jika sebelumnya memiliki keharusan untuk istinja’ dan istijmar dari hadats),
- Tidak adanya sesuatu hal yang mencegah air sampai ke kulit.
Pengertian wudhu
Secara bahasa wudhu berarti husnu/keindahan dan nadhofah/kebersihan, wudhu untuk sholat dikatakan sebagai wudhu karena ia membersihkan anggota wudhu dan memperindahnya[3]. Sedangkan pengertian menurut istilah dalam syari’at, wudhu adalah peribadatan kepada Allah ‘azza wa jalla dengan mencuci empat anggota wudhu[4] dengan tata cara tertentu. Jika pengertian ini telah dipahami maka kita akan mulai pembahasan tentang syarat, hal-hal wajib dan sunnah dalam wudhu secara ringkasMembaca bismillah ketika hendak wudhu, sebagaimana sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi was sallam,
Secara bahasa wudhu berarti husnu/keindahan dan nadhofah/kebersihan, wudhu untuk sholat dikatakan sebagai wudhu karena ia membersihkan anggota wudhu dan memperindahnya[3]. Sedangkan pengertian menurut istilah dalam syari’at, wudhu adalah peribadatan kepada Allah ‘azza wa jalla dengan mencuci empat anggota wudhu[4] dengan tata cara tertentu. Jika pengertian ini telah dipahami maka kita akan mulai pembahasan tentang syarat, hal-hal wajib dan sunnah dalam wudhu secara ringkasMembaca bismillah ketika hendak wudhu, sebagaimana sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi was sallam,
« لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ »
“Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak
ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala (bismillah) ketika
hendak berwudhu”.[16]
- Membasuh wajah, termasuk dalam membasuh wajah adalah berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar[17]. Para ‘ulama mengatakan batasan bagian wajah yang dibasuh adalah mulai dari atas ujung dahi (awal tempat tumbuhnya rambut) sampai bagian bawah jenggot dan batas kiri kanan adalah telinga[*][18].
Adapun yang dimaksud dengan istinsyaq adalah sebagaimana yang
dikatakan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy rohimahullah,
“Memasukkan air ke hidung dengan menghisapnya sampai ke ujungnya, sedangkan
istintsar adalah kebalikannya”[19]. Dalil tentang hal ini sebagaimana yang firman Allah ‘azza
wa jalla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ
“Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah wajah”. (QS Al
Maidah [5] : 6).
Sebagaimana dalam ilmu ushul fiqh[20] perintah dalam perkara ibadah memberikan konsekwensi
wajib. Maka membasuh wajah dalam wudhu adalah wajib. Sedangkan dalil yang
menunjukkan wajibnya berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar adalah ayat di
atas yang memerintahkan kita untuk membasuh wajah, sedangkan mulut dan hidung
merupakan bagian dari wajah. Demikian juga hadits Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam,
« إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمَنْخِرَيْهِ مِنَ الْمَاءِ ثُمَّ لْيَنْتَثِرْ »
« إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمَنْخِرَيْهِ مِنَ الْمَاءِ ثُمَّ لْيَنْتَثِرْ »
“Jika salah seorang dari kalian hendak berwudhu maka
beristinsyaqlah di hidungnya dengan air kemudian beristintsarlah”.[21]
Dalil khusus dalam masalah kumur-kumur adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
« إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ »
“Jika engkau hendak
wudhu, maka berkumur-kumurlah”[22].
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al Albani rohimahullah mengatakan, “Cara berkumur-kumur,
istinsyaq dan istintsar dilakukan bersamaan (satu kali jalan), maka setengah
air digunakan untuk berkumur-kumur dan sisanya untuk istinsyaq dan istintsar”.[23]
- Menyela-nyelai jenggot, dalil tentang hal ini adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Anas bin Malikrodhiyallahu ‘anhu,
كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنَكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ
وَقَالَ « هَكَذَا أَمَرَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ »
وَقَالَ « هَكَذَا أَمَرَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ »
“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallampent.
) jika beliau akan berwudhu, beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau
basuhkan (ke wajahnyapent) sampai ketenggorokannya kemudian beliau
menyela-nyelai jenggotnya”. Kemudian beliau mengatakan, “Demikianlah cara
berwudhu yang diperintahkan Robbku kepadaku”[24].
Dan cara menyela-nyelai jenggot adalah sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam di atas yaitu dengan
menyela-nyelainya bersamaan dengan membasuh wajah[25].
- Membasuh kedua tangan sampai siku, dalilnya adalah firman Allah ‘azza wa jalla,
إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
“Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku”. (QS Al
Maidah [5] : 6).
Demikian juga hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam,
« ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمَرْفِقِ ثَلاَثًا ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى إِلَى الْمَرْفِقِ ثَلاَثًا »
« ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمَرْفِقِ ثَلاَثًا ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى إِلَى الْمَرْفِقِ ثَلاَثًا »
“Kemudian beliau membasuh tangannya yang kanan sampai siku
sebanyak tiga kali, kemudian membasuh tangannya yang kiri sampai siku sebanyak
tiga kali”[26].
- Menyapu[27] kepala dengan air, kedua telinga termasuk dalam bagian kepala[28]. Dalilnya adalah firman Allah‘azza wa jalla,
وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
“Dan sapulah
kepalamu”. (QS Al Maidah [5] : 6).
Perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum menyapu kepala adalah
wajib bahkan hal ini diklaim ijma’ oleh An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah[29]. Demikian juga sabda Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam,
« ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ ، بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ ، حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ ، ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ »
“Kemudian beliau membasuh mengusap kepala dengan tangannya,(dengan
carapent.) menyapunya ke depan dan ke belakang. Beliau
memulainya dari bagian depan kepalanya ditarik ke belakang sampai ke
tengkuk kemudian mengembalikannya lagi ke bagian depan kepalanya”[30].
Hadits ini menunjukkan bagaimana cara mengusap kepala[31] yang Allah perintahkan dalam surat Al Maidah
ayat 6 di atas. Demikian juga hadits ini juga dalil bahwa yang bagian kepala
yang dihusap dalam ayat di atas adalah seluruh kepala/rambut[32]dan inilah pendapat Al Imam Malik rohimahullah demikian
juga hal ini merupakan pendapat Al Imam Al Bukhori rohimahullahsebagaimana
dalam kitab shahihnya. Jadi mengusap kepala bukanlah hanya sebagian (hanya
ubun-ubun) sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan dalil bahwa menyapu
kedua telinga termasuk dalam menyapu kepala adalah sabda Nabi ’alaihish
sholatu was salam,
« الأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ »
« الأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ »
“Kedua telinga merupakan
bagian dari kepala”.[33]
Lalu cara menyapu kedua telinga adalah sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
« ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ بَاطِنِهِمَا بِالسَّبَّاحَتَيْنِ وَظَاهِرِهِمَا بِإِبْهَامَيْهِ »
“kemudian beliau menyapu kedua telinga sisi dalamnya dengan dua
telunjuknya dan sisi luarnya dengan kedua jempolnya”.[34]
Adapun untuk cara mengusap kepala dan kedua
telinga dengan air, untuk perempuan sama seperti untuk laki-lakisebagaimana
yang dikatakan oleh An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah demikian
juga hal ini merupakan pendapat Imam Syafi’irohimahullah sendiri
dan dinukil oleh Al Bukhori rohimahullah dalam kitab shohihnya
dari Sa’id bin Musayyib rohimahullah [35].
- Membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Dalil hal ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
“(basuh) kaki-kaki kalian
sampai dengan kedua mata kaki”.
(QS Al Maidah [5] : 6).
Demikian juga hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam,
« ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ »
« ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ »
“Kemudian beliau membasuh
kedua kakinya hingga dua mata kaki”[36].
Membasuh kedua mata kaki
hukumnya wajib karena Allah sebutkan dengan lafadz/bentuk perintah, dan hukum
asal perintah dalam masalah ibadah adalah wajib. Adapun cara membasuhnya adalah
sebagaimana yang disabdakan beliau alaihish sholatu was salam,
« إِذَا تَوَضَّأَ دَلَكَ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ بِخِنْصَرِهِ »
“Jika beliau shallallahu
‘alaihi was sallam berwudhu, beliau menggosok jari-jari
kedua kakinya dengan dengan
jari kelingkingnya”[37].
Demikian juga pendapat Al
Ghozali rohimahullah, namun beliau qiyaskan dengan
cara istinja’, sebagaimana yang dinukilkan oleh Al ‘Amir Ash Shon’ani rohimahullah[38].
- Muwalah
Muwalah[39] adalah berturut-turut dalam membasuh anggota-anggota
wudhu dalam artian membasuh anggota wudhu lainnya sebelum anggota wudhu (yang sebelumnya
telah dibasuh pent.)
mengering dalam kondisi/waktu normal[40].
Dalil wajibnya hal ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
Dalil wajibnya hal ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
“Wahai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku”. (QS Al Maidah [5] :
6).
Sisi pendalilannya sebagai berikut, jawab syarat (dari kalimat
syarat yang ada dalam ayat inipent.) merupakan suatu yang
berurutan dan tidak boleh diakhirkan[41]. Adapun dalil dari Sunnah adalah Nabi shallallahu
‘alaihi was sallamberwudhu dengan tidak memisahkan membasuh anggota wudhu
(yang satu dengan yang lainnyapent.) dan hadits Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam yang diriwayatkan dari sahabat Umar bin
Khottob rodhiyallahu ‘anhu
أَنَّ رَجُلاً تَوَضَّأَ فَتَرَكَ مَوْضِعَ ظُفُرٍ عَلَى قَدَمِهِ فَأَبْصَرَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « ارْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ». فَرَجَعَ ثُمَّ صَلَّى
“Bahwasanya ada seorang laki-laki berwudhu dan meninggalkan bagian
yang belum dibasuh sebesar kuku pada kakinya. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam melihatnya maka Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan,
“Kembalilah (berwudhupent.) perbaguslah wudhumu”.[42]
Hal ini merupakan pendapat Imam Syafi’i dalam perkataannya yang lama, serta pendapat Al Imam Ahmad dalam riwayat yang masyhur dar beliau[43].
0 komentar:
Post a Comment